Return on Equity (ROE) adalah angka sakti bagi investor. Ini bukan sekadar rasio keuangan biasa. ROE menunjukkan seberapa efektif perusahaan menggunakan modal pemegang saham untuk menghasilkan laba. Mau tahu cara menghitung roe? Yuk, kita kupas tuntas tanpa basa-basi.
Rumus Dasar yang Mudah Dipahami
Sederhana saja, rumusnya:
ROE = (Laba Bersih / Ekuitas) × 100%
Tapi jangan terkecoh. Walaupun rumusnya tampak simpel, interpretasinya bisa bikin kepala berasap.
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki laba bersih Rp10 miliar dan ekuitas Rp50 miliar. Maka:
ROE = (10 miliar / 50 miliar) × 100% = 20%
Artinya, setiap Rp1 yang ditanam pemegang saham menghasilkan laba Rp0,20. Apakah ini bagus? Bergantung pada industrinya.
Apa yang Membuat ROE Tinggi atau Rendah?
ROE yang tinggi sering dianggap positif, tapi jangan tertipu angka mentah. Cek dulu:
Struktur Utang
Perusahaan bisa punya ROE tinggi karena laba yang besar. Tapi bisa juga karena utangnya numpuk. Kalau modal sendiri kecil, sedikit laba saja bisa bikin ROE terbang. Waspadai jebakan ini.
Keuntungan yang Konsisten
ROE 30% dalam satu tahun terdengar luar biasa. Tapi kalau tahun berikutnya turun jadi 5%, ini tanda tanya besar. Stabilitas lebih penting daripada angka yang sesekali mencuat.
Efisiensi Manajemen
Perusahaan yang dikelola dengan baik biasanya punya ROE sehat tanpa harus menumpuk utang. Kalau ROE tinggi tapi rasio utangnya bikin ngeri, itu alarm merah.
Cara Menggunakan ROE dengan Lebih Cerdas
Bandingkan dengan Kompetitor
Jangan lihat ROE satu perusahaan saja. Bandingkan dengan perusahaan lain di sektor yang sama. ROE 15% di industri perbankan mungkin biasa saja, tapi di sektor manufaktur bisa jadi luar biasa.
Cek Tren, Bukan Sekali Lihat
ROE naik terus dalam lima tahun? Mantap. Kalau turun terus? Bisa jadi bisnisnya mulai lesu.
Hindari Perusahaan dengan ROE “Mencurigakan”
Kalau ROE terlalu tinggi (misalnya di atas 50%), bisa jadi ada anomali. Periksa lebih dalam apakah ini karena laba operasional atau hanya permainan akuntansi.
Kesimpulan Praktis
ROE bukan sekadar angka di laporan keuangan. Ini petunjuk penting untuk memahami bagaimana sebuah perusahaan mengelola modalnya. Jangan cuma terpaku pada tinggi atau rendahnya, tetapi lihat konteksnya. Kalau ingin jadi investor cerdas, jangan malas untuk menggali lebih dalam.